Program Pembangunan Kekuatan pokok Minimum TNI 

3 PR Besar Soal Alutsista & TNI harus Diselesaikan Menhan 

Penyambutan Menhan Prabowo sebelum sartijab di Kementerian Pertahanan

JAKARTA--(KIBLATRIAU.COM)-- Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mulai bertugas sejak pekan lalu. Setidaknya ada tiga pekerjaan rumah (PR) besar yang harus diselesaikan Prabowo di Kementerian Pertahanan. Program pembangunan kekuatan pokok minimum TNI atau Minimum Essential Force (MEF) dimulai sejak tahun 2007 di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan berakhir nanti di tahun 2024. Diharapkan akhir tahun 2019 ini sudah tercapai 72 persen dari seluruh program modernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Namun ada beberapa pengadaan alutsista yang masih terhambat. Berikut di antaranya:

TNI AU berencana menggantikan jet tempur F-5 Tiger yang sudah pensiun dengan Sukhoi SU-35. Indonesia telah membeli 11 Unit Sukhoi seharga USD 1,14 Miliar dengan skema 50 persen uang, dan 50 persen imbal dagang atau barter komoditi. Seharusnya tahun 2019 ini, jet tempur canggih tersebut sudah bisa tiba di Indonesia. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat itu menyebut masih ada kendala imbal dagang dengan Rusia di Kementerian Perdagangan. Menurut Ryamizard, urusan di Kemhan sudah beres. Sementara itu Kementerian Perdagangan justru mengaku tinggal menunggu pelaksanaan pembelian dari Kementerian Pertahanan soal Sukhoi ini.Sukhoi SU-35 merupakan jet tempur multiperan generasi 4,5. Dia bisa menjadi andalan TNI AU untuk pertempuran udara ke udara atau melaksanakan misi serangan udara ke darat. Tahun 2010 lalu, Korea Selatan dan Indonesia sepakat untuk melakukan riset dan mengembangkan sebuah pesawat tempur bersama. Proyek itu dinamakan KFX/IFX. Pesawat generasi 4,5 ini disebut setara dengan Eurofighter Typoon atau Dasault Rafale. KFX/IFX juga direncanakan lebih canggih dari seri F-16 yang kini sama-sama digunakan oleh AU Indonesia dan AU Korsel.Pesawat-pesawat tempur ini ditargetkan baru bisa diproduksi massal pada 2026 usai uji coba dan sertifikasi. Sementara jumlah pesawat yang akan diproduksi mencapai 168. Dengan rincian Korea Selatan akan memiliki 120 pesawat terbang dan Indonesia 48 unit. Namun hingga kini proyek ini beberapa kali terhambat. Selain soal lisensi dari AS, Indonesia juga berencana mengkaji ulang proyek KFX/IFX. Dana yang dikeluarkan Indonesia dalam proyek ini adalah 20 persen dari total riset, atau setara dengan 7,5 miliar USD. Jumlah yang tidak kecil.(Net/Hen)
 


Berita Lainnya...

Tulis Komentar